Love, Rosie Review
Rated : R
Genre : Comedy, Romance
Directed by Christian Ditter ; Produced by Robert Kulzer, Simon Brooks ; Written by Juliette Towhidi ; Based on Where Rainbows End by Cecelia Ahern ; Starring Lily Collins, Sam Claflin, Tamsin Egerton, Suki Waterhouse, Jaime Winstone, Christian Cooke, Lily Laight ; Music by Ralph Wengenmayr ; Edited by Tony Cranstoun ; Production company Canyon Creek Films, Constantin Film, Octagon Films ; Distributed by Lionsgate ; Release dates 17 October 2014 (Philadelphia International Film Festival), 22 October 2014 (United Kingdom), 30 October 2014 (Germany) ; Running time 102 minutes ; Country United Kingdom, Germany ; Language English
Sinopsis
Rosie (Lily Collins) dan Alex (Sam Claflin) telah bersahabat sejak kecil. Akankah persahabatan mereka menuju ke arah berbeda?
Review
Kalau harus menilai film Love, Rosie ini secara objektif dan fair, maka saya harus bilang bahwa Love, Rosie bukanlah film bermutu. Tapi setiap orang pasti punya semacam guilty pleasure, atau film yang kurang bagus tapi tetap saja enjoy untuk ditonton. Nah, kelemahan saya ada pada film-film roman picisan semacam ini. Selama saya suka dengan karakternya dan aktor/aktrisnya, pasti deh saya tetap aja betah untuk nonton dari awal sampai akhir - dengan nyinyir yang masih bisa ditahan. Love, Rosie untungnya punya dua tokoh utama yang saya suka sehingga biarpun kelemahannya jelas terlihat dimana-mana, tapi masih saja mampu membuat saya betah menonton dari awal sampai akhir. Well, dikatakan guilty pleasure sebenarnya nggak terlalu tepat sih. Karena, i don't feel guilty at all!
Love, Rosie adalah drama-romantis lain yang menengahkan masalah paling klise di dunia percintaan: bisakah lelaki dan perempuan murni hanya bersahabat? (Jawabannya, di semua film yang saya tahu, enggak bisa). Hal inilah yang terjadi pada pasangan Rosie (Lily Collins) dan Alex (Sam Claifin) yang bersahabat dari kecil. Ketika dewasa, hubungan mereka pun melalui banyak rintangan yang menguji persahabatan mereka. Pada dasarnya Love, Rosie memang sekedar sajian yang ringan dan fun ditonton sambil lalu, tidak diperuntukkan untuk ditonton terlalu serius. Akan tetapi, saya harus mengakui bahwa penyajian konfliknya sangat lemah, berbelit-belit dan membosankan.
Sedari awal, kita sudah tahu bahwa Rosie dan Alex ini ada apa-apa, alias nggak mungkin cuma sekedar bersahabat. Namun saya tidak tahu apa yang mencegah mereka untuk bisa lebih dari bersahabat, karena tanda-tandanya sudah sangat jelas terlihat kalau mereka ini ada apa-apa. Lalu masalah demi masalah pun datang. Alex kuliah di luar negeri, Rosie hamil, dan konflik-konflik lain. Konflik-konfliknya sendiri juga kurang kuat, dan penyelesaian satu konflik ke konflik lain seperti terlalu terburu-buru. Daripada membuat penonton mengerti dan memahami satu konflik dengan lebih baik, film Love, Rosie lebih suka meloncat ke konflik lain yang sebenarnya serupa. Ini menjadi kelemahan karena jalan ceritanya jadi nggak karuan.
Tapi sebagaimana yang sudah saya bilang di awal, biarpun ceritanya klise dan maksa, tapi tetap saja saya cukup betah untuk menonton dari awal sampai akhir. Beneran, romance is my weakest spot (kayaknya sih titik lemah kebanyakan perempuan). Sisipan bumbu komedinya cukup menghibur, walau memang tidak ada satu pun momen yang bisa bikin saya tertawa terbahak-bahak. Ditambah pula dengan soundtrack yang enak-enak dan sangat sesuai dengan film ini sendiri (my fav track: Alone Again, Naturally dari Gilbert O'Sullivan). Dan tentu saja, kekuatan utama yang membuat Love, Rosie menyenangkan adalah chemistry yang manis antara kedua pemeran utamanya, Lily Collins dan Sam Claflin. Karakter mereka biarpun tidak kuat, namun tetap saja likeable, dan kita benar-benar bisa merasakan chemistry keduanya yang terbangun dengan baik. Ah, kissing scene-nya so sweet dan mereka telihat cocok bersama.
Komentar
Posting Komentar